Hiking for Charity, Mendaki sekalian berbagi kuy !

Assalamualaikum Wr.Wb

Halo teman-teman semua, seperti biasa saya akan berbagi pengalaman,  kali ini saya akan bercerita pengalaman naik Gunung Cermai, ingat postingan saya tentang Gunung Merbabu? yang belum baca bisa baca di sini. Saya masih menyimpan rasa penasaran bagaimana rasanya mencapai puncak karena saat mendaki Gunung Merbabu, saya terhalang oleh kondisi alam yang kurang bersahabat, sehingga kami tidak berhasil menuju puncak. Setelah setahun lamanya, akhirnya saya menemukan wadah untuk merasakan sensasi naik gunung lagi.

Hiking For Charity (HFC) adalah acara yang memadukan sharing dan hiking, singkatnya sebelum memulai pendakian kami melakukan kegiatan sosial berupa mengajar dan mengispirasi sekolah terdekat disekitar gunung. HFC  sudah berjalan 3 kali, sekarang yang ke empat diadakan di Gunung Cermai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa barat dengan ketinggian 3078 mdpl  diikuti kurang lebih 50 peserta plus panitia , sebelum mendaki kami akan mengajar di SD Negeri Cisantana 3 Cigugur , Kabupaten Kuningan Jawa Barat, berikut ini adalah cerita lengkapnya.

Jumat 7 September 2018

Setiap peserta dibebaskan dengan cara apa untuk menuju lokasi pendakian Gunung Cermai, yang jelas para peserta harus tiba di lokasi pada pukul 8 pagi, saya ikut rombongan panitia yang berkumpul di stasiun senen jam 11 malam, saya sepulang kerja langsung bersiap menuju stasiun senen,  kemudian kami tiba di stasiun  cirebon perujakan pukul 3 dini hari, terlihat beberapa mobil elf sudah menunggu kita untuk mebawa kami ke lokasi basecamp pendakian.

Sabtu 8 September 2018

Pukul 4 pagi kami tiba di basecamp,  selanjutnya kami semua beristirahat dan dilanjutkan dengan briefing terkait kelas inspirasi, kami membahas terkait pembagian materi, games, dan lain sebagainya. Kami semua dibagi menjadi 6 kelompok, kelompok ini sekaligus menjadi kelompok kami selama pendakian, saya mendapat kelompok 4 artinya saya akan mengajar di kelas 4 bersama anggota kelompok saya yang lain yaitu, Kak Lisa, Kak Fahmi , kak Ryan dan kak Mur.

Selain membahas kelas inspirasi,  kami juga packing ulang  seluruh barang bawaan agar lebih ringan dibawa, karena kami akan langsung mendaki setelah selesai mengajar tanpa harus kembali lagi ke basecamp awal.

Sampai disekolah kami disambut hangat oleh adik-adik dan pihak sekolah, setelah berbagai sambutan dari panitia dan Ibu kepala Sekolah, kami menyerahkan  donasi secara simbolik kepada pihak sekolah, berupa buku bacaan untuk menambah koleksi buku di perpustakaan SDN Cisantana 3, sebelumnya kami para relawan memang diwajibkan untuk membawa minimal 1 buku untuk diserahkan kepada pihak sekolah.

Setelah itu kami menuju kelas masing-masing untuk memulai sesi inspirasi, sesi inspirasi kali ini bertema literasi, kami mengajak adik-adik untuk menulis dan menyampaikan gagasan atau ide yang mereka punya. Berdasarkan pembagian, kelas 4-6 mendapat materi pokok bencana alam, jadi bagaimana caranya menghubungkan literasi dan bencana alam? menurut saya cukup sulit tetapi syukurlah ada kak Lisa dia sudah punya ide cemerlang.

Sesi inspirasi dimulai diawali dengan ice breaking yang dipandu oleh saya dan kak Lisa, dilanjutkan kak Mur dan kak Ryan memberikan pemaparan tentang Siaga bencana gempa bumi seperti jangan panik, cari tempat berlindung, dan segera menuju ke tempat lapang. saya tak menyangka adik-adik sangat antusias ketika kami memberikan pemaparan dan praktek simulasi gempa.

Selanjutnya masuk ke tema literasi, ternyata kak Lisa punya ide untuk mengajak mengajak adik-adik untuk menulis pesan untuk saudara kita yang terkena musibah gempa di lombok, ada yang kesulitan, ada  yang sangat antusias, ada pula yang masih belum lancar baca dan tulis padahal sudah Kelas 4 SD, menurut saya tugas mendidik tidak hanya diserahkan kepada guru, pentingnya orang tua bertanya “Nak hari ini belajar apa?” atau “Ada kesulitan apa hari ini?” menurut saya sudah cukup agar orang tua tau perkembangan anak dalam proses belajar bukan hanya berorientasi hasil ketika pembagian rapor (pengalaman pribadi banget).

Lanjut, setelah selesai menulis surat, kami berfoto bersama dan bersiap untuk mulai mendaki.

Tepat jam 10.00 kami mulai mendaki, matahari mulai terik, kelompok saya jalan urutan ke-4 tetapi karena kelompok kami punya stamina yang baik, kami menyalip dan menjadi kelompok paling depan, kami semua sepakat banyak beristirahat menyebabkan tubuh semakin lelah. Kami mendaki via Palutungan, Jujur Gunung Cermai memiliki trek perjalanan lebih sulit dari pada Gunung Merbabu via jalur selo, jarang sekali track bonus (landai) isinya menanjak dari awal sampai akhir juga kondisi gunung yang kering membuat Gunung Cermai sangat berdebu, tidak membawa masker atau pelindung pernafasan menurut saya sangat celaka.

Satu jam berjalan, kami belum menjumpai pos 1, saat asik berjalan, tiba-tiba salah satu anggota kelompok kami kak Ryan mengalami cidera, kakinya ternyata belum lama ini baru dioperasi, sehingga ia tidak kuat berjalan lama. Akhirnya, Ryan memilih untuk menunggu panitia, dan kami melanjutkan perjalanan.

hiking for charity
kondisi ryan yang cidera

Pos demi pos kami lalui, saat memasuki sore hari, kami lebih sering beristriahat karena rasa lelah yang luar biasa, tapi karena support anggota kelompok yang lain akhirnya kami menjadi kelompok pertama yang tiba di pos pendirian tenda, selanjutnya kami bergegas untuk mendirikan tenda dan makan malam sebelum gelap.

Saat aku ingin memulai beristirahat ketua tim HFC merasakan ada yang janggal, sampai waktu menunjukkan pukul 08.00 belum ada grup pendaki HFC yang tiba di lokasi pendirian tenda, akhirnya aku diajak oleh ketua untuk kembali turun kebawah untuk mencari anggota grup lain, entah kenapa aku langsung menerima tawaran itu, kebetulan kondisi fisik ku masih kuat, akhirnya saya dan ketua mulai berangkat, rasa mencekam sangat terasa, aku baru pertama kali malam hari berkeliaran di gunung.

Setelah beberapa jam turun akhirnya aku melihat sekelompok pendaki HFC, ternyata banyak diantara mereka yang sakit dan kekurangan logistik, sampai ada panitia yang harus membawa dua tas carier karena ada peserta yang tidak kuat membawa beban berat, kami semua beristirahat dan mulai beriringan keatas, aku membantu membawa barang bawaan peserta lain, banyak yang ingin menyerah dan mendirikan tenda dibawah, tapi panitia meyakinkan kita bisa tiba di pos tujuan, selang beberapa jam akhirnya kami tiba dilokasi dan kami semua mulai beristirahat untuk menyambut hari esok.

hiking for charity
tempat berkemah

Minggu 9 September 2018

Jam 03.00 dini hari, mulai menuju puncak untuk melihat matahari terbit, angin berhembus kencang suasana cukup mencekam, tanganku kaku, karena tidak pakai sarung tangan, tapi aku selalu merasa aman, karena kami beriringan bersama menuju puncak, cukup jauh kami mendaki, ternyata dari pos kami berkemah masih 3 jam lagi menuju puncak, aku menyaksikan matahari terbit selama perjalanan, pemandangan yang luar biasa. Pendakian belum usai, aku hampir putus asa karena kabut mulai turun, medan pendakian semakin curam, tetapi aku diyakinkan oleh Mur semua akan baik-baik saja.

akhirnya kami semua berhasil sampai di puncak Cermai, pemandangan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, terhampar luas dan terdapat kawah ditengahnya. Aku sangat bersykur aku mampu menuju puncak cermai dengan melewati berbagai rintangan.

Terimakasih HFC, saya merasakan pengalaman kebersamaan yang sangat luar biasa.

Epilog

Temanku Naufal, dia salah satu tim yang terlambat saat menuju pos berkemah, ada sesuatu pengalaman yang mencekam yang ia rasakan, saat mendaki dimalam hari tim mereka diikuti oleh sosok besar yang mengendap-ngendap dari belakang, tidak tampak dengan jelas, tapi diyakini adalah sesosok harimau kumbang yang memang hidup di hutan pegunungan cermai, Naufal bilang ia pertamakalinya berlari seperti dikejar kematian, dan aku mulai merinding membayangkan jika aku di posisinya.

1 Comments

Tinggalkan komentar